Berkenalan dengan Hati (Bag. 2)
Sebagaimana dengan jasad, hati juga dapat mengalami seperti apa yang dirasakan pada kondisi tubuh seperti sehat, sakit, hidup, dan mati. Pada artikel yang lalu (Berkenalan dengan Hati bag. 1) telah dijelaskan tentang sifat dan kondisi hati.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hati dapat beramal saleh dan bermaksiat
Sebagaimana anggota tubuh (jasad), hati dapat melakukan amal saleh dan dapat pula melakukan maksiat. Contoh amalan saleh dari hati adalah tawakal, muhasabah, sabar, syukur, rida, dan yang lainnya. Contoh maksiat hati seperti hasad, sombong, zina, dan sebagainya.
Amalan hati juga tidak terbatas waktu dan pahala, sedangkan amalan anggota badan terbatas pada waktu, tempat, dan pahala. Tatkala kita salat Subuh, maka pahala dan waktu hanya terbatas pada saat itu saja. Begitu pula haji, maka ketika rangkaian ibadah haji tersebut berakhir, maka selesai pula ibadah dan pahalanya. Hal ini berbeda dengan amalan hati yang tidak mengenal tempat dan waktu. Ia dapat beribadah dengan hatinya sepanjang waktu. Sebagaimana seseorang yang senantiasa bersyukur dan bersabar, maka ia akan mendapatkan aliran pahala dari Allah.
Sebaliknya, maksiat hati dosanya akan mengalir jika ia senantiasanya bermaksiat dengannya.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
إن اللهَ كتب على ابنِ آدمَ حظَّه من الزنا ، أدرك ذلك لا محالةَ ، فزنا العينِ النظرُ ، وزنا اللسانِ المنطقُ ، والنفسُ تتمنى وتشتهي ، والفرجُ يصدقُ ذلك كلَّه أو يكذبُه
“Sesungguhnya Allah telah menakdirkan bahwa pada setiap anak Adam memiliki bagian dari perbuatan zina yang pasti terjadi dan tidak mungkin dihindari. Zinanya mata adalah penglihatan, zinanya lisan adalah ucapan, sedangkan nafsu (zina hati) adalah berkeinginan dan berangan-angan, dan kemaluanlah yang membenarkan atau mengingkarinya.” (HR. Bukhari)
Hati dapat menghitam
Seringkali seseorang begitu perhatian dengan penampilan pakaiannya. Jika baju yang ia pakai kotor atau terkena noda, segera mungkin ia bersihkan, apalagi yang dipakai adalah baju kesayangannya. Padahal, ada sesuatu yang lebih patut kita jaga dan berbahaya dampaknya bila terkena noda dan kotoran, yaitu hati.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}
“Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristigfar dan bertobat; niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa, niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka. (QS. Al-Muthaffifin: 14)`”. (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu. Hadis ini dinilai hasan sahih oleh Tirmidzi)
Sehingga agar hati kita bersih dan sehat, maka jauhilah berbagai macam maksiat dan keburukan.
Baca juga: Perhatian Islam terhadap Kesehatan Mental
Banyak tertawa bisa mematikan hati
Tertawa asalnya adalah hal yang dibolehkan. Nabi shallallahu ’alaihi wasallam pun juga bercanda dan tertawa. Namun, jika terlalu berlebihan dan terus-menerus dilakukan dapat mengeraskan hati, bahkan bisa mematikan hati. Apabila hati telah keras dan mati, maka seseorang akan sulit menerima kebenaran dan tersentuh dengan kebaikan dan kelembutan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ
“Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Tirmidzi, disahihkan Syekh Al-Albani)
Melembutkan hati dengan mengusap kepala anak yatim dan ziarah kubur
Dari Abu Hurairah, bahwasanya ada seseorang yang mengeluhkan kerasnya hati kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau berkata kepadanya,
إن أردت أن يلين قلبك فأطعم المساكين و امسح رأس اليتيم
“Jika engkau ingin melembutkan hatimu, maka berilah makan kepada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR. Ahmad, disahihkan oleh Syekh Al-Albani)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ أَلَا فَزُورُوهَا، فَإِنَّهُ يُرِقُّ الْقَلْبَ، وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ، وَتُذَكِّرُ الْآخِرَةَ
“Dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur, sekarang berziarahlah. Karena ziarah dapat melembutkan hati, membuat air mata menetes, dan mengingatkan akhirat.” (HR. Al-Hakim, dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani dalam Ahkamul Jana’iz)
Hati menyelamatkan pada hari kiamat
Allah Ta’ala berfirman,
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(Ingatlah) pada hari ketika harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan (membawa) hati yang selamat.” (QS. As-Syu’ara: 88-89)
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa hati yang selamat adalah hati yang selamat dari syirik, dengki, hasad, kikir, sombong, cinta dunia, dan kedudukan. Ia selamat dari setiap penyakit yang menjauhkannya dari Allah. Selamat dari setiap syubhat yang bertentangan dengan dalil. Selamat dari setiap syahwat yang bertabrakan dengan perintah-Nya. Dan selamat dari setiap keinginan yang berlawanan dengan keinginan-Nya. (Lihat Ad-Da’ wad Dawa’, hal. 219)
Semoga kita termasuk golongan orang yang senantisa dimudahkan untuk memperhatikan kebaikan dan kesehatan hati kita, sehingga dapat bertemu dengan Allah dengan hati yang selamat.
[Selesai]
Baca juga: Korelasi Amalan Hati
***
Penulis: Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd.
Artikel asli: https://muslim.or.id/87259-berkenalan-dengan-hati-bag-2.html